Syukurlah, Harga BBM Jadi Naik
SAYA adalah salah seorang yang bersyukur atas kenaikan harga BBM. Bukan karena saya orang kaya, atau orang yang tidak ikut susah atas dampak kenaikan itu. Saya adalah bagian dari Anda, pihak yang menjadi makin sengsara. Bukan cuma karena harga BBM, melainkan karena hidup di negara yang gaduh seperti ini.
Saya bersyukur karena kemarahan semata. Anehnya, kemarahan ini bukan terhadap pemerintah. Karena terhadap pemerintah, saya sudah tak punya kemarahan lagi.
Semua jenis perasaan mulai
dari sebal, mual, hilang akal hingga kalap, sudah saya habiskan. Tapi pemerintah toh tetap seperti sediakala. Mereka lebih sibuk melayani kemarahannya ketimbang melayani kemarahan rakyat.
Jadilah saya pihak yang patah hati dan menolak
berbagi rasa lagi kepada pihak yang juga sudah menutup hati. Saya memilih marah pada masyarakat saya sendiri yang barangkali masih jauh lebih sehat dibandingkan dengan pemerintahnya.
Saya marah pada arak-arakan anak sekolah yang meski BBM mahal tetap saja membuat arak-arakan pesta lulusan.
Bahkan malah ada seorang siswa yang merayakan pesta kelulusan itu dengan cara ngebut sambil mabuk dan akhirnya menabrak orang hingga mati. Anehnya lagi, anak itu sudah lebih dulu berpesta tanpa tahu apakah saat itu ia lulus atau tidak.
Kelakuan semacam ini jelas sama spektakuler
dengan ulah pejabat yang korup di tengah kemelaratan rakyatnya.
Tentu, saya pernah berterima kasih pada
pemerintah ketika BBM dibuat murah. Demi kepentingan rakyat banyak, pemerintah mengeluarkan subsidi.Tapi apa jadinya ketika solar-solar yang telah dibikin murah itu ternyata malah diselundupkan ke luar negeri, diborong oleh pengusaha secara gelap dan menjadi permainan oknum Pertamina.
Saya tidak cuma marah, tapi juga terancam depresi oleh praktek-praktek semacam ini.
***
MAKA di balik keputusasaan itu, sudahlah,
naikkan saja harga BBM itu setinggi engkau mau. Memang
kami akan tambah sengsara, tapi minimal kami
tidak sengsara dua kali. Kami tidak menderita sambil
melihat orang lain menari di atas penderitaan
kami. Kami bisa jadi kuat menahan lapar, tapi mana kami
kuat melihat ketidakadilan di sekitar kami.
Ayo buktikan, jika kenaikan BBM itu memang demi
keadilan, demi menuju keadaan yang lebih baik,
jangan takutkan penderitaan rakyat bawah. Rakyat
yang di bawah itu kuat, sangat kuat.
Mereka yang berimpit di pengap bus kota, yang
berjejalan di angkutan kota, adalah orang-orang yang
menjadi sangat kuat karena biasa tak memiliki
apa saja. Bahkan kematian itu adalah soal yang mereka
bayangkan sebagai biasa-biasa saja.
Yang tidak kuat adalah kaum kelas menengah
gadungan yang manja itu. Yang biasa menghamburkan
bensin di jalan-jalan tanpa alasan yang jelas.
Yang panik adalah para keluarga yang sok itu. Yang
khawatir dianggap bukan keluarga sukses jika
tidak memberikan satu anak satu mobil. Pihak tidak
pernah memberikan cukup apresiasi tentang
keadaan bangsanya, tentang etika sosial di jalan raya.
Maka jalanan di Indonesia, negeri miskin ini,
sesak hanya oleh mobil-mobil pribadi. Maka berapa pun
harga bensin dinaikkan, tetap saja akan penuh
penghambur bensin yang berapa pun harga bensin
dinaikkan, tetap saja akan penuh oleh penghambur
bensin yang memang tak pernah diperkenalkan
pada budaya menahan diri itu.
Lebih hebat lagi, berapa di antara para
penghambur itu yang mengongkosi gaya hidupnya dari duit hasil
korupsi bapaknya? Wahai maafkan kami. Kenyataan
ini benar-benar mendorong kami untuk terpaksa
berburuk sangka, sesuatu yang semestinya tidak
diajarkan agama.
Tapi bukti di jalan-jalan itu? Bukti gaya hidup
itu? Ayolah. Mari berhenti memperburuk keadaan yang
sudah terus-menerus dibikin buruk oleh kekuasaan
ini.
Sudah saatnya masyarakat lebih matang daripada
pemerintahnya. Bisa jadi gaya ini tidak lazim. Tapi
kenapa harus menunggu kelaziman jika ia tak
diperlukan lagi. Apalagi yang engkau bisa tunggu dari
pihak yang cuma sibuk bertengkar melulu itu?
Biarlah BBM sejenak menjadi mahal. Kita lihat,
apakah pemerintah jujur dalam hal ini. Biarlah sekali
lagi kesempatan itu kita beri, walau kesempatan
yang telah kita berikan berkali-kali selalu mereka
khianati.
Karena kenapa solar diselundupkan ke luar
negeri? Karena di negeri yang kaya pun bahan bakar itu
diharga lebih mahal. Pesan dari itu semua adalah
betapa mereka adalah bangsa yang sejak awal diajari
bersikap rasional, berpikir, dan hidup secara
efisien.
Hidup dan berpikir secara efisien itulah salah
satu kegagalan yang sekarang kita miliki. Jadi tidak cuma
gaya hidup, berpikir pun kita sering keliru.
Lihat saja semisal seorang pejabat diperiksa
sebagai tersangka. Apa katanya? ''Ini manuver politik!''
Siapa saja dari kita yang sedang jadi tersangka
selalu terdorong menjadi cengeng, menghiba-hiba, dan
menuduh orang lain sekadar jahil, sentimen, dan
dendam.
Orang semacam itu tak pernah berlatih siap,
apakah ia memang pernah membuat kejahatan seperti apa
yang disangkakan kepadanya. Inilah yang disebut
sindrom analisis wacana itu, yang orang pintar
menyebutnya sebagai discourse analysis.
Inilah gaya berpikir yang bertolak dari apa yang
sebaiknya aku lakukan, bukan dari apa yang
sesungguhnya telah aku lakukan.
Dalam bergaya hidup juga seperti itu. Kita
adalah bangsa miskin yang ditenteramkan oleh stabilitas
politik semu dan harga-harga yang murah yang
juga semu.
Inilah konsep kenyamanan singkat yang membuat
kita salah paham: miskin tapi ge-er sebagai kaya,
sengsara tapi sok menjadi orang berpunya.
Padahal dari manakah semua kenyamanan palsu itu
dibiayai? Dari utang.
Giliran masa menyaur tiba, jadilah kita kembali
pada derajat yang sesungguhnya. Remuk luar dalam.
Jadi, kenapa tak kau syukuri bahwa kenaikan BBM
ini adalah ilham yang sanggup mengembalikan kita
pada kesadaran semula sebagai pihak yang miskin.
Berat memang, karena kita pernah tertipu sebagai
orang berada dan hidup dengan cara orang berada.
Tapi ayo cobalah. Lagi-lagi jangan risaukan niat
pemerintah.
Sekali lagi jika ia tak jujur, pemerintah
semacam itu akan tumbang dengan sendirinya. Tapi sadarilah,
lepas dari jujur atau tidak, memerintah di zaman
seperti ini sungguh penuh dilema. Maka, mari kita
kembali pada kebiasaan rakyat yang biasa,
sebagai pemungut hikmah dari keadaan yang
bagaimanapun susahnya. Itulah cuma satu-satunya
kekuatan kita yang masih tersisa.
Semoga dgn membaca artikel ini bisa menggugah nurani kita utk ikut berpartisipasi dlm hal mensikapi kenaikan BBM ini ke dlm hidup kita sehari-hari.
Semoga bisa membuat kita "lebih bijaksana" dalam menggunakan bahan bakar ini.
0 Response to "Syukurlah, Harga BBM Jadi Naik "
Posting Komentar