Syukurlah, Harga BBM Jadi Naik

SAYA adalah salah seorang yang bersyukur atas kenaikan harga BBM. Bukan karena saya orang kaya, atau orang yang tidak ikut susah atas dampak kenaikan itu. Saya adalah bagian dari Anda, pihak yang menjadi makin sengsara. Bukan cuma karena harga BBM, melainkan karena hidup di negara yang gaduh seperti ini.

Saya bersyukur karena kemarahan semata. Anehnya, kemarahan ini bukan terhadap pemerintah. Karena terhadap pemerintah, saya sudah tak punya kemarahan lagi.

Semua jenis perasaan mulai dari sebal, mual, hilang akal hingga kalap, sudah saya habiskan. Tapi pemerintah toh tetap seperti sediakala. Mereka lebih sibuk melayani kemarahannya ketimbang melayani kemarahan rakyat.

Jadilah saya pihak yang patah hati dan menolak  berbagi rasa lagi kepada pihak yang juga sudah menutup hati. Saya memilih marah pada masyarakat saya sendiri yang barangkali masih jauh lebih sehat dibandingkan dengan pemerintahnya.

Saya marah pada arak-arakan anak sekolah yang meski BBM mahal tetap saja membuat arak-arakan pesta lulusan.

Bahkan malah ada seorang siswa yang merayakan pesta kelulusan itu dengan cara ngebut sambil mabuk dan akhirnya menabrak orang hingga mati. Anehnya lagi, anak itu sudah lebih dulu berpesta tanpa tahu apakah saat itu ia lulus atau tidak.

Kelakuan semacam ini jelas sama spektakuler dengan ulah pejabat yang korup di tengah kemelaratan rakyatnya.

Tentu, saya pernah berterima kasih pada pemerintah ketika BBM dibuat murah. Demi kepentingan rakyat banyak, pemerintah mengeluarkan subsidi.Tapi apa jadinya ketika solar-solar yang telah dibikin murah itu ternyata malah diselundupkan ke luar negeri, diborong oleh pengusaha secara gelap dan menjadi permainan oknum Pertamina.

Saya tidak cuma marah, tapi juga terancam depresi oleh praktek-praktek semacam ini.

***



 

















MAKA di balik keputusasaan itu, sudahlah,
naikkan saja harga BBM itu setinggi engkau mau. Memang
kami akan tambah sengsara, tapi minimal kami
tidak sengsara dua kali. Kami tidak menderita sambil
melihat orang lain menari di atas penderitaan
kami. Kami bisa jadi kuat menahan lapar, tapi mana kami
kuat melihat ketidakadilan di sekitar kami.

Ayo buktikan, jika kenaikan BBM itu memang demi
keadilan, demi menuju keadaan yang lebih baik,
jangan takutkan penderitaan rakyat bawah. Rakyat
yang di bawah itu kuat, sangat kuat.

Mereka yang berimpit di pengap bus kota, yang
berjejalan di angkutan kota, adalah orang-orang yang
menjadi sangat kuat karena biasa tak memiliki
apa saja. Bahkan kematian itu adalah soal yang mereka
bayangkan sebagai biasa-biasa saja.

Yang tidak kuat adalah kaum kelas menengah
gadungan yang manja itu. Yang biasa menghamburkan
bensin di jalan-jalan tanpa alasan yang jelas.
Yang panik adalah para keluarga yang sok itu. Yang
khawatir dianggap bukan keluarga sukses jika
tidak memberikan satu anak satu mobil. Pihak tidak
pernah memberikan cukup apresiasi tentang
keadaan bangsanya, tentang etika sosial di jalan raya.

Maka jalanan di Indonesia, negeri miskin ini,
sesak hanya oleh mobil-mobil pribadi. Maka berapa pun
harga bensin dinaikkan, tetap saja akan penuh
penghambur bensin yang berapa pun harga bensin
dinaikkan, tetap saja akan penuh oleh penghambur
bensin yang memang tak pernah diperkenalkan
pada budaya menahan diri itu.

Lebih hebat lagi, berapa di antara para
penghambur itu yang mengongkosi gaya hidupnya dari duit hasil
korupsi bapaknya? Wahai maafkan kami. Kenyataan
ini benar-benar mendorong kami untuk terpaksa
berburuk sangka, sesuatu yang semestinya tidak
diajarkan agama.

Tapi bukti di jalan-jalan itu? Bukti gaya hidup
itu? Ayolah. Mari berhenti memperburuk keadaan yang
sudah terus-menerus dibikin buruk oleh kekuasaan
ini.

Sudah saatnya masyarakat lebih matang daripada
pemerintahnya. Bisa jadi gaya ini tidak lazim. Tapi
kenapa harus menunggu kelaziman jika ia tak
diperlukan lagi. Apalagi yang engkau bisa tunggu dari
pihak yang cuma sibuk bertengkar melulu itu?

Biarlah BBM sejenak menjadi mahal. Kita lihat,
apakah pemerintah jujur dalam hal ini. Biarlah sekali
lagi kesempatan itu kita beri, walau kesempatan
yang telah kita berikan berkali-kali selalu mereka
khianati.

Karena kenapa solar diselundupkan ke luar
negeri? Karena di negeri yang kaya pun bahan bakar itu
diharga lebih mahal. Pesan dari itu semua adalah
betapa mereka adalah bangsa yang sejak awal diajari
bersikap rasional, berpikir, dan hidup secara
efisien.

Hidup dan berpikir secara efisien itulah salah
satu kegagalan yang sekarang kita miliki. Jadi tidak cuma
gaya hidup, berpikir pun kita sering keliru.

Lihat saja semisal seorang pejabat diperiksa
sebagai tersangka. Apa katanya? ''Ini manuver politik!''
Siapa saja dari kita yang sedang jadi tersangka
selalu terdorong menjadi cengeng, menghiba-hiba, dan
menuduh orang lain sekadar jahil, sentimen, dan
dendam.

Orang semacam itu tak pernah berlatih siap,
apakah ia memang pernah membuat kejahatan seperti apa
yang disangkakan kepadanya. Inilah yang disebut
sindrom analisis wacana itu, yang orang pintar
menyebutnya sebagai discourse analysis.

Inilah gaya berpikir yang bertolak dari apa yang
sebaiknya aku lakukan, bukan dari apa yang
sesungguhnya telah aku lakukan.

Dalam bergaya hidup juga seperti itu. Kita
adalah bangsa miskin yang ditenteramkan oleh stabilitas
politik semu dan harga-harga yang murah yang
juga semu.

Inilah konsep kenyamanan singkat yang membuat
kita salah paham: miskin tapi ge-er sebagai kaya,
sengsara tapi sok menjadi orang berpunya.
Padahal dari manakah semua kenyamanan palsu itu
dibiayai? Dari utang.

Giliran masa menyaur tiba, jadilah kita kembali
pada derajat yang sesungguhnya. Remuk luar dalam.

Jadi, kenapa tak kau syukuri bahwa kenaikan BBM
ini adalah ilham yang sanggup mengembalikan kita
pada kesadaran semula sebagai pihak yang miskin.

Berat memang, karena kita pernah tertipu sebagai
orang berada dan hidup dengan cara orang berada.
Tapi ayo cobalah. Lagi-lagi jangan risaukan niat
pemerintah.

Sekali lagi jika ia tak jujur, pemerintah
semacam itu akan tumbang dengan sendirinya. Tapi sadarilah,
lepas dari jujur atau tidak, memerintah di zaman
seperti ini sungguh penuh dilema. Maka, mari kita
kembali pada kebiasaan rakyat yang biasa,
sebagai pemungut hikmah dari keadaan yang
bagaimanapun susahnya. Itulah cuma satu-satunya
kekuatan kita yang masih tersisa.


Semoga dgn membaca artikel ini bisa menggugah nurani kita utk ikut berpartisipasi dlm hal mensikapi kenaikan BBM ini ke dlm hidup kita sehari-hari.

Semoga bisa membuat kita "lebih bijaksana" dalam menggunakan bahan bakar ini.

 SEMOGA MENGHARUKAN !!!

OTAK Oplosan "Pemikiran"


Saya masih berfikir dengan apa yang ada di otak ini, tentang sebuah Teori Kenyataan dan logika kecemasan, yang saya lihat disekitar saya akir2 ini, dan hal tersebut malah membuat saya seperti BATMAN diantara SUPERHERO teman-temannya, yang rata-rata memiliki kekuatan SUPER, tetapi ketika saya melihat diri, seolah saya terdampar sendirian ditengah pulau, jauh dari kesan yang diharapkan, Seperti dibawah ini adalah hal2 yang sering saya pertanyakan, diskusikan, tertawakan, pikirkan bahkan menjadi riset hidup untuk mundur sejenak mengatur nafas

  • Ketika ikhtiar perubahan mulai dijlankan, mereka dituduh gila dan diasingkan.
  • Steve Jobs ditertawakan saat memutuskan kembali ke Apple untukmenylmatkan perusahaan itu diri kebngkrutan.
  • Padahal, Apple pulalah yg menendang Steve Jobs 11 tahun sebelumnya.
  • Columbus juga dicap gila saat mengatakan akan memutari bumi dngan kapal layar.
  • Wright bersaudara saat memlai eksperimennya membuat pesawat terbang jg diejek-ejek dan tak dianggap.
  • Semua yg mengubah dunia mengawalinya dr sesuatu yg asing, yg blm pernah ada sebelumnya.
  • Passion itu meredup & padam. Kita pun menjelma lagi menjadi orang biasa; orang pada umumnya.
  • Kita pun lagi-lagi, menjalani hidup dari pagi ke pagi lagi dengan jadwal yg telah ditentukan. begitu terus setiap hari.
  • Kita pun kagum dengan cerita-cerita itu. Ingin juga jadi seperti itu.
  • Namun, saat cerita itu berlalu dan kt pun menggeluti lagi dunia nyata, api semangat itu memudar.
  • Tubuh berjalan, bergerak ke sana kemari, tapi hati gersang, nurani lelah, dan pandangan mata kosong tanpa daya.
  • Oleh itulah, mengapa kita mendapati bahwa jumlah org yg bersedia memperjuangkan idenya sepenuh hati sangatlah sedikit.
  • Sebagian dari kita memilih mnyerah di awal/pertengahan prjalanan sbb, tak sanggup menanggung resiko sbg manusia “berbeda”.
  • Untuk disalahpahami, dicemooh, dikritik, dan difitnah.
  • Mayoritas kita tak cukup kuat untuk menelan hinaan itu. Shngga memilih menukarkan inner voice dengan knyamanan melenakan.
  • Lalu, secara tak sadar, kita mengikut mengatakan bhw keajaiban yg dibw setiap ide baru adalah sesuatu yg tidak logis.
  • Hanya dikrenakan saat menjalaninya tanpa hasrat, kita pernah gagal & mengolah bangkit.
  • Ide-ide itu terlalu tinggi & sia-sia krn kita tak pernah serius memperjuangkannya.
  • Bahkan saat berniat mengubah dunia, & mnghidupkn siang-malammu untuk mewujdkanya, tak ada jaminan kan tercapai diujung umurmu.
  • Engkau yg tak sungguh2 bersedia bersikap kejam pd dirimu sndri untuk memperjuangkan idemu, realitas kan mengejamimu.
  • Kecuali jika engkau termasuk orang-orang jenius, yang setahu saya, bukanlah merupakan keturunan.
  • Because the pople who are crazy enough to think they can cange the world, are the ones who do. – Steve Jobs
  • Jenius adalah orang-orang yg mampu mempertanggungjawabkan kegilaannya. Dan jumlah mereka adalah minoritas.
  • Tanpa kemampuan untuk mempertanggungjwbkan kegilaannya, posisi orang-orang yang berbeda akan dipinggirkan & dikucilkan.
  • Mengapa? Karena orang-orang normal menganggapnya sebagai pengganggu keharmonisan dan ketertiban.
  • Seringkali orang-orang besar yg mengubah dunia melakuknnya tnp niat yg besar. Mereka menggelinding bgt saja mengikut kata hati.
  • Mereka melakukan apapun yang mereka lakukan dengan suka cita, lalu…. bumm!
  • Dunia pun berubah krn hal-hal sederhana yg mrk lakukan, diiringi dngn kebetulan-kebetulan & dukungan yg mengalir deras.
  • Setiap kisah kesuksesan bisnis&Kehidupan, selalu menggambarkan dukungan alam semesta yg aneh seperti itu.
  • Seringnya, dukungan deras itu justru berasal dari arah-arah yang tak pernah diperkirakan dan sangka.
  • Benar bahwa sungguh sangat penting untuk berpikir besar spt kata steve jobs, “to put a ding in the universe.”
  • Tp, apa yg kemudian sungguh-sungguh mengubah dunia ini adlah sesuatu yang sangat sederhana.
  • Dunia ini penuh ramai dengan kebisingan dr orang2 yg teriak ramai tntang hal2 yg tdk penting.
  • Hal-hal sampah yang yg makin menggunung & menyesakkan mata hati kita.
  • Sampah-sampah yang dikemas dengan bungkus yang mewah, glamor, indah dan menggoda iman.
  • Sampah-sampah yang diiklankan sebagai kebutuhan nomor satu & bukti kesuksesan tertinggi.
  • Sampah-sampah yg menggiurkan dan menjadikan kita konsumen rakus yg membeli hal-hal yang tak kita butuhkan.
  • Tengoklah sampah-sampah itu: sinetron kejar tayang. infotainment gosip. Politik kekusaan. iklan tnp kedalam makna.
  • Lawanlah kebisingan itu. Dengarlah suara lirih dlm hatimu. Lalu, berjuanglah sekeras mungkin untuk mengikutinya.
  • Perjuangkanlah ide2 yang kau yakini dan justru karena ditolak orang lain; justru karena dicemooh dan dijauhi.
  • Engkau, dan siapapun yg punya kemauan, bs menjadi bagian dr orang-orang besar yg dicatat oleh dunia dng tinta emas.
  • Tentu, selama engkau bersedia membayar ‘harga’-nya.
  • Selama engkau bersedia menggenggam erat ide2mu & memperjuangkannya sepenuh hidupmu; saat smua orng menentangmu.
  • Karena jika kau pegang terus kebenaran itu, tanganmu akan terbakar dan itu sunggung sakit luar biasa.
  • Namun, jika kau tak tahan memegangnya, lepaslah kebenaran itu dri tanganmu, dan datanglah kesesatan dalam hidupmu.
  • Membangun bisnis kreatif bukanlah skadar untuk mengumpulkan keuntungan, meningkatkan ROI / menyumbang devisa negara.
  • Tapi, untuk mengubah dunia. 
 Semoga Mengharukan ..... !!!!!!!

Menjadi jauh lebih baik.

Setiap orang bicara perubahan. Setiap motivator dan pembicara seminar bicara perlunya mengubah diri. Diri kita sendiri yang melihat kondisi sehari-hari yang seolah stagnan, negara yang seperti dijalankan dengan auto pilot, tahu betul bahwa perubahan itu sebuah keniscayaan dan harus diperjuangkan.

Tapi mengapa bangsa ini rasanya tak cukup cepat untuk maju? Karena mayoritas yang ingin berubah, hanya punya keinginan saja. Dan hampir tak melakukan apa-apa. Mereka menunggu orang lain untuk melakukan perubahan. Jika orang itu sukses, maka berbondong-bondonglah orang banyak untuk mengikuti. Jika gagal, maka tamatlah riwayatnya. Yang ada hinaan, ejekan dan tertawaan.

Kita telah menjelma menjadi bangsa yang senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang.

Resiko untuk melakukan perubahan itu berat. Bahkan sangat berat. Makanya tak banyak yang mau mencoba. Perubahan itu lebih enteng dibicarakan, daripada dipraktekkan.

Kita mengenal Dahlan Iskan. Jokowi. Basuki. Iwan Fals. Emha Ainun Nadjib. Tony Starks. Steve Jobs. Jeff Bezos. Google. Dan masih banyak lainnya.

Nama-nama yang identik dengan spirit perubahan. Spirit perjuangan untuk mewujudkan hal-hal tertentu dengan lebih baik. Tapi karena berada dalam sebuah sistem birokrasi dan bernegara yang cenderung mengabdi pada status quo, maka yang mereka lakukan seringkali 'dianggap' di luar kebiasaan.

Padahal, yang dilakukan biasa-biasa saja, tindakan mereka memang sudah seharusnya. Tapi karena lingkungan sekitarnya sedang terdegradasi standar kualitasnya, maka yang biasa dan sepantasnya menjadi seolah hebat luar biasa.
Untuk berubah, kita mulai dari hal-hal yang kecil dulu. Yang terjangkau. Yang tidak sekedar angan-angan atau gosip yang bertebaran. Yang penting diimplementasikan.

Kenyamanan itu lawan perubahan. Kenikmatan itu meninabobokkan. Dan itu semua harus ditinggalkan.

Tulisan ini diketik di HP touch screen, 3,5 inch. Bukan di layar komputer yang lebar dan nyaman. Agak menyulitkan dan sering salah ketik karena screen-nya kecil, tapi jika diniatkan toh bisa juga.

Tidak mudah artinya bisa. Tidak mungkin itu artinya putus asa. Atau sekedar malas saja. 

Saatnya mengubah diri kita ini, dengan tindakan nyata. Bukan sekedar tulisan atau kata-kata. Bukan hanya agar sekedar berbeda, tapi agar menjadi lebih baik. 

Menjadi jauh lebih baik.

The year of simplicity.

Kita berpacu, berpacu, berpacu

Kita begitu sibuk berpacu
Tanpa sempat berfikir untuk apa kita berpacu
Atau perlukah kita berpacu
Kita berpacu karena orang lain berpacu
Kita berpacu karena takut berbeda dengan yang lain
Kita berpacu karena kita tak tahu apa yang harus kita lakukan selain menjadi orang lain
Kita berpacu karena kita tak tahu apa yang harus kita lakukan selain berpacu 
Kita berpacu meninggalkan diri sendiri yang terus bertanya-tanya mengapa harus terus berpacu sampai habis waktu
-----------------------
Di jaman yang serba digital ini, semakin sulit untuk meraih ruang hening, ruang yang terbebas dari intervensi dan interupsi segala hal yang berhubungan dengan internet. Yang paling mudah dirasakan adalah makin sulitnya menjadi fokus dalam menyelesaikan berbagai tanggung jawab kehidupan. Makin sulit untuk berfikir mendalam, menuangkan fikiran dengan jernih. 

Di dalam keseharian, seolah-olah ada pasar yang riuh yang terus kita bawa kemana-mana tanpa jeda. Membuat otak kita terasa penuh tapi dengan ketidakjelasan apa saja yang memenuhinya. Kita dihempaskan gelombang informasi ke kanan, ke kiri, kemanapun yang bukan kita sendiri penentunya. Waktu pun menggelinding begitu cepatnya tanpa kita punya daya untuk mengendalikan. Baru mulai kerja di pagi hari, online sebentar tahu-tahu matahari sudah ditas kepala kita, diskusi sebentar tahu-tahu udah sore. Baru mau kirim email tak terasa hari sudah gelap dan Maghrib berkumandang. Baru kemarin Senin, eh tahu-tahu sudah Senin lagi. Dan ini berlangsung terus menerus, tanpa kita kuasa untuk mengerem, untuk berhenti sejenak.

Kelemahan untuk berfokus dan kesulitan untuk diam tenang berfikir ini, sering membawa kita melakukan pelarian kepada hal-hal yang sedang hot, isu yang yang lagi marak, yang celakanya tak kita pahami substansi permasalahannya selain sekedar remah-remah informasi yang bersliweran di timeline twitter, status facebook, broadcast message atau gosip ria di cafe-cafe. Kita memenuhi otak kita dengan sampah informasi yang terus menggunung tanpa kesadaran untuk membersihkannya, karena sampah informasi itu tak terlihat. 

Tapi sungguh kita pasti bisa merasakannya. Alarm tanda bahaya itu akan mengirimkan sinyal: sulitnya menentukan prioritas, tidak bisa berpisah dengan gadget, mudah lupa, bingung mau melakukan apa karena dalam waktu bersamaan banyak tanggung jawab yang belum diselesaikan, mudah panik, tidak bisa mengatur waktu, mudah capek, melakukan aktivitas yang kita tidak tahu apa manfaatnya selain untuk membunuh waktu, online ria tanpa kenal waktu, memenuhi gadget dengan ratusan apps yang fungsi utamanya hanyalah untuk memenuhi layar semata. Dan masih banyak lagi yang serupa itu.

Di awal Januari 2013, dalam sebuah forum diskusi BPLH (badan pengolahan limbah harian), saya sampaikan bahwa selain tahun ular, tahun 2013 sebaiknya dimaknai sebagai Tahun Kesederhanaan. The year of simplicity. 

Untuk yang tidak ingin terus hanyut dalam gelombang kesia-siaan dan trend ketidakjelasan, ini adalah tahun untuk mengambil sikap. To stand for something

Tidak mudah menolak gelombang maha besar yang –prediksi saya – akan menenggelamkan mayoritas kita dalam hiruk pikuk politik, ekonomi, teknologi, gosip dan permasalahan-permasalahan kehidupan lainnya. Kita adalah makhluk individu sekaligus sosial sekaligus offline sekaligus online yang akan terseret-seret gelombang ini karena bukan kita yang mengendalikan pusarannya. 

Bangsa dengan 250-an juta penduduknya ini mayoritas adalah user, konsumen, market. Belum beranjak jadi produsen, kreator, leader. Kita berkiblat pada Amerika, Eropa, Jepang, Korea, Cina. Kita berkiblat pada apapun yang bukan berasal dari negeri kita sendiri. Kita berkiblat pada mereka yang bekerja keras untuk menciptakan masa depan versi mereka, karena kita tak cukup keras berjuang menciptakan masa depan versi kita sendiri. 

Dunia yang makin mencair ini terus mengalirkan informasi – yang berguna dan yang sampah – ke seluruh pelosok negeri bahkan ke sudut-sudut tersembunyi yang gelap di dalam otak kita, prosesor alami maha dahsyat yang kita perlakukan hanya sebagai tempat penyimpanan belaka, sekedar harddisk yang sebentar lagi akan penuh isinya, makin bertambah bad sector-nya dan lantas hang.

Dalam hiruk pikuk, yang paling mudah adalah mengikuti arus. Dalam banjir bandang informasi, yang paling mudah adalah mengikuti arus. Dalam kebingungan, yang paling mudah adalah mengikuti apa kata orang banyak. Dalam ketidakjelasan, yang paling mudah adalah mengikuti petunjuk. Yang paling mudah adalah menyerahkan kendali nasib kita pada bangsa yang lebih maju, lebih besar, pada Google, pada Apple, pada Facebook, pada Twitter, pada Presiden, pada partai, pada Syahrini, pada Farhat Abbas.

Tapi yang saya tahu, para pemenang dalam kehidupan bukanlah mereka yang memilih hal-hal yang mudah tapi mereka yang memilih berjuang untuk mencapai hal-hal yang lebih baik, walaupun itu berarti menjalani kehidupannya dengan lebih sulit.

Sesederhana itu.
Semoga Mengharukan !!!

BPLH - Be a part of history in the making

Akhir-akhir ini, saya merasa lebih banyak bicara daripada berkarya. Saya memang tetap berkarya. Saya tetap berusaha profesional. Tapi saya merasa output kreatif yang saya hasilkan belum mencapai tahapan hebat. Sekali lagi, slogan itu menghantam saya sendiri: Good is not enough!

Jangan-jangan karena saya mulai terjebak rutinitas. Jangan-jangan karena saya mulai merasa nyaman dengan kondisi keseharian saya sendiri. Jangan-jangan... Karena saya terlalu banyak bicara.

Refleksi saya pada apa yang saya lakukan sepanjang 2011 kemarin menunjukkan ketidakefektifan saya dalam memanfaatkan waktu saya yang memang terbatas ini.

Gawat!

Kesadaran seperti inilah yang tercetus di kepala saya saat mulai memikirkan untuk melakukan perjalanan ini: Membangun BPLH (Badan Pengolahan Limbah Harian) "PT. Bumi Surya Tbk". untuk berbagi, berdiskusi, berfikir, berjuang, berkorban, bercengkerama membincangkan Program Mulia untuk memajukan negeri ini.

Pada awalnya BPLH adalah sebuah nama Progam tentang Lingkungan. tapi karena keprihatinan akan sebuah kondisi lingkungan terciptalah peluang. peluang untuk berbagi, peluang untuk membenahi sistem, dan peluang untuk menciptakan lapangan pekerjaan. main idea-nya adalah creative giving.

Saya memang bukan siapa-siapa. tetapi saya ingin BPLH Menjadi keajaiban yang nyata buat saya. Sungguh!

Ketika saya mulai memikirkan dengan tenang: ternyata BPLH menjadi impian saya yang terbesar. Idialisme untuk sebuah perubahan seakan mendorong saya untuk mewujudkan mimpi ini. - Jika Tuhan mengijinkan maka saya yakin BPLH akan membawa perubahan dimasa akan datang -.

Di Negara seperti Indonesia Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Hal ini karena setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang atau material yang kita gunakan sehari-hari. Oleh karena itu pegelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari pengelolaan gaya hidup masyrakat. Solusi untuk dapat mempertahankan pembangunan negara di masa depan, seharusnya pemerintah berusaha memfokuskan perhatiannya pada persoalan sampah, karena Dampak Sampah Bagi Pembangunan Bangsa adalah Fenomena Sosial. Oleh karena itulah sebagai dasar awal pemikiran progam BPLH adalah sebagai langkah nyata membangun sebuah lingkungan baru diera akan datang agar pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan menjadi budaya baru Indonesia.

Lalu muncullah pemikiran ekstrem ini: bagaimana jika BPLH mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis atau mengolah sampah agar menjad material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup. Saya kira itu ide menarik. Saya merasa excited.

Apakah yang akan terjadi jika sebuah ide atau gagasan di "MIX" dengan sebuah kreatifitas dimana fenomena yang sedang berlangsung progresif di negeri ini: kreativitas sedang menjadi primadona. Ekonomi kreatif sedang ngebut membangun pondasi pengembangannya, bahkan dengan mendirikan kementerian sendiri.

Kami (BPLH)- hanya memerlukan api kecil untuk menyalakan passion. Memantapkan keyakinan. Menghidupkan mimpi. Membaca peluang yang berseliweran. Mereka "(BPLH dan orang-orang yang terlibat dalam program ini)" adalah orang-orang cerdas dan pekerja keras yang hanya perlu ditemani, untuk bergerak merangkai masa depan dari tempatnya berpijak. Menjadi sukses dan berakar di tempatnya sendiri, tak berkiblat kepada Ide atau Gagasan lain  yang mungkin bisa dikatakan sama Visi tetapi sangat jelas Beda Misi.

Semoga Tuhan menemani perjalanan ini. Juga perjalanan Anda sekalian, teman-teman saya dalam menggapi impian masing-masing. Se-absurd apapun impian itu, semustahil apapun kelihatannya. Mustahil kan bahasa kita, manusia yang penuh keterbatasan. Tapi bersama-Nya: tak ada yang tak mungkin.

"People with passion can change the world"
-Steve Jobs-

Inilah yang ingin saya lakukan. Mengubah dunia dengan impian dan tindakan-tindakan kecil, tapi didasari keyakinan. Dan konsistensi. Bukan karena mengikuti trend atau pendapat orang, tapi karena mempercayai suara hati. Dengan keyakinan ini, melangkah akan ringan. Resiko – sebesar apapun – akan tenang untuk dijalani.

Wish Me Luck, mohon doanya untuk langkah awal ini. Semoga Dengan Program BPLH kita bisa berjumpa di kota-kota yang saya dan tim akan kunjungi. Insya Allah.

Tahun Baru atau Olok-olok Belaka

Jangan percaya dengan keharusan bahwa setiap pergantian tahun harus dirayakan, harus membuat kita gembira ria sambil lupa diri. Besok pagi tanggal 1 Januari 2012, Anda akan mendapati bahwa sinar mentari yang hadir tetaplah sama seperti kemarin. Hujan yang turun atau mendung yang menggantung adalah warisan masa lalu yang itu-itu juga.

Tahun baru bukan urusan negara, bukan urusan anak istri, bukan urusan pacar, bukan urusan betapa kencang terompet kita tiup dalam suka cita. Tahun baru semata-mata urusan pribadi masing-masing kita: just for you and you are alone.

Jadi saya menyebut setiap Hiburan bertajuk Old & New adalah olok-olok. Menonton televisi siaran langsung tahun baru adalah olok-olok. Terompet adalah olok-olok. Pesta kembang api adalah olok-olok. Berkumpul menghitung detikan menjelang jam 12 malam adalah olok-olok.

Nasib kita, kebahagiaan dan kesedihan kita adalah tanggung jawab kita sendiri. Kita bisa bahagia setiap hari dan merayakan diam-diam rasa syukur atas kehidupan kita setiap pagi, tanpa berlebihan. Nanti jadi olok-olok juga. Tanpa bermaksud sok tahu sehingga Andapun akan mengolok-olok saya, berikut ada beberapa hal yang bisa kita lakukan agar terhindar dari tradisi olok-olok setiap tahun:
  • Menonton film V for Vendetta/Transformers Dark of the Moon
  • Membaca buku 101 Things to Do Before I Die
  • Duduk sendirian di pinggir pantai sambil berdoa semoga turun hujan
  • Mematikan jam, hp dan seluruh lampu rumah dan menikmati indahnya kegelapan
  • Berjalan kaki menjauhi keramaian sampai pagi tiba 
  • Pergi Memancing ditengah laut untuk menjauh dari keramaian
  • Menukar terompet orang lain dengan buku self help
  • Memberikan terompet tersebut + uang secukupnya pada pengemis yang kelaparan
  • Terjun payung dari ketinggian yang sangat tinggi
  • Berdoa bersama di luar rumah
  • Menonton pagelaran wayang semalam suntuk
  • Berada di ruang gawat darurat rumah sakit
  • Meniup terompet sendirian di tengah kuburan
  • Merayakan tahun baru di rumah yatim piatu atau panti jompo
  • Mengirimkan sms ucapan tahun baru pada Fidel Castro dan Aburizal Bakrie
  • Mengirimkan bantuan ke Lokasi HAM
  • Menonton film di Premier Movie Theater yang judulnya dipilih dengan undian
  • Meminta penjaga toko buku memilihkan buku dan kita tinggal membayarnya
  • Tidur di trotoar jalanan bareng gelandangan
  • Menyediakan parkir gratis pada para pengunjung hiburan tahun baru
  • Meng-copy postingan ini, memfotokopinya dan membagikannya sebagai selebaran di keramaian acara Tahun Baru 
Demikianlah beberapa ide yang semoga memberi alternatif lain dan tidak mesti keluar ruangan dan beramai-ramai melakukan hal-hal yang gitu-gitu aja.  Jadikan malam tahun baru meninggalkan pengalaman yang berkesan sepanjang hidup kita yang sementara ini. Takut dianggap berbeda dan ngeri dituduh GILA? Tolong beritahu saya, benarkah orang yang merayakan tahun baru sejak umur 5 tahun sampai 30 tahun dengan meniup terompet terus menerus adalah waras? Please deh...

Jujur saya lebih suka tahun baru yang tenang, sunyi sehingga bisa me-rontgen diri sendiri. Bercermin memperbaiki apa-apa yang kurang dari diri kita. Bukan membaur dalam keramaian yang memekakkan telinga. just be yourself. Be comfort with that, more or less. Itu salah satu tanda kedewasaan.

Selamat memaknai diri Anda yang baru esok hari, tahun yang berganti menurut saya BIARLAH  berlalu...Happy New Year 2012, semoga makin tahu buat apa Tuhan menciptakan kita di dunianya yang rapuh ini.



    Senjata Maianan untuk POLISI

    Ada apa dengan POLISI ?

    Ada yang beranggapan Kiamat itu ada ditahun 2012? kalo menurut hemat sehemat-hematnya saya Kiamat terjadi tiap hari pada orang yg tak pernah melihat kebaikan. Tetapi disini saya tidak membahas Perihal Kiamat, tetapi lebih kepada berita kerusuhan dan aparat keamanan (POLISI), saya pernah membaca sebuah artikel bahwa menurut Sir robert Mark, seorang pengamat Kepolisian, pernah mengatakan (dalam Reiner, 2000)bahwa "senjata POLISI bukan Water Canon, Gas Air Mata, Pentungan, atau peluru karet/api, melainkan simpati dari masyrakat...!"

    Kata-kata ini sangat mengandung makna didalamnya tersirat sebuah pesan bahwa senjata terhebat yang dimiliki POLISI bukanlah senjata fisik, akan tetapi senjata non fisik, kehebatan POLISI tidak diperoleh dari Atribut diluar dirinya akan tetapi berasal dari dalam dirinya yang tampak dari prilaku.

    AKSI kekerasan polisi terhadap masyarakat terus terjadi selama tahun 2011. Lembaga swadaya masyarakat Indonesia Police Watch (IPW) mencatat, setidaknya ada 16 orang tewas dan 69 orang terluka akibat kesewenangan aparat kepolisian dalam berbagai kasus.  Bahkan, dalam sejumlah kasus, aparat bersenjata yang didanai negara itu cenderung arogan saat berhadapan dengan warga. Lantas, mengayomi, melindungi, dan melayani masyarakat seperti apakah yang dimaksud oleh Polri? Karena pada akhirnya, rasa tidak aman itu muncul dari pihak pengaman, yakni institusi bersenjata bernama Kepolisian Republik Indonesia.

    Tetapi menurut Pihak POLISI sendiri, dalam penanganan kerusuhan acuan yang mereka pakai adalah Protap dengani beberapa dasar hukum. Pertama, protap didasarkan pada Pasal 48, 49, 50, dan 51 KUHP. Selain itu juga didasari oleh UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri, Protokol VII di Cuba tentang Prinsip-prinsip dasar penggunaan kekerasan dan senjata api oleh aparat penegak hukum, serta resolusi PBB 34/169 tahun 1999 tentang ketentuan berperilaku untuk pejabat penegak hukum. 

    Disini yang menurut saya sangat njomplang, ketika menuai kritik pasti akan ditangkis dengan dasar HUKUM, Masih belum hilang di ingatan saya tentang tewasnya Riyadhus Sholihin (40), guru ngaji yang juga sopir antarjemput buruh, yang diduga tewas ditembak anggota Reskrim Polres Sidoarjo, Briptu Eko Ristanto, di Sepande Kauman, Candi, Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (28/10/2011). Ada Apa Dengan POLISI ? dan hal pasti setelah terjadi sebuah masalah yang melibatkan Anggotanya (POLISI) Bapak Jendral KAPOLRI pun selalu berjanji akan mengusut Tuntas kasus, dan janji tersebut pasti disampaikan oleh  Kadiv Humas'nya. hehehe .. 




    POLISI juga Manusia, bedanya mereka berseragam dan didanai oleh negara,  mari belajar dari apa yang kita alami, Cabut UU senjata api dalam penanganan Kerusuhan tanpa menghilangkan ketegasan sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban sebagai aparat penegak hukum. kembangkan sebuah senjata baru untuk menangulangi kerusuhan tanpa membunuh agar mendapat simpati dari masyrakat .. ciptakan sebuah senjata dengan efek melukai sementara sebagai efek jera .. kalo sudah tertangkap jangan dihakimi/dipukuli .. dan jangan ikut-ikutan lempar-lemparan batu (apa di pendidikan POLISI diajarkan cara melempar batu yang baik ke arah Demonstran .. !! ) Agar mendapat simpati dari Rakyat, POLISI harus mewujudkan dirinya sebagai sebuah Korps yang Netral, Jujur, Terbuka, Bersih dan Berwibawa.

    powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme
    --- Percayalah pada keyakinan yang terdalam di hatimu. Lalu berjuanglah sekeras mungkin untuk mengikutinya.--- Kesuksesan adalah bagaimana memahami yang tak dipahami logika, dan mengikuti keyakinan kita yang terdalam. Tuhan sudah tak sabar ingin menemui para pemenang yang babak belur dengan hadiah utama-Nya yang tak main-main. Jangan menoleh ke belakang, jangan berbelok, teruslah melangkah maju ---